Nasib Guru Honorer SD di Sumenep: Ungkap Dugaan Korupsi Bantuan Perumahan, Berujung Dipecat
Seorang guru di Sumenep bernasib miris ketika dirinya justru dipecat ketika berperan mengungkap dugaan korupsi bantuan perumahan.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM -Â Seorang guru honorer SD di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, bernama Rasulullah (43) tak pernah mengira niatnya untuk mengungkap dugaan korupsi terkait Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) justru berujung pemecatan.
Rasulullah merupakan guru mata pelajaran pendidikan agama di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Torjek II, Desa Torjek, Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep.
"Iya, saya dikeluarkan dari sekolah, sudah tidak mengajar lagi," katanya pada Minggu (5/5/2025), dikutip dari bet365×ãÇòͶע Jatim.
"Saya mengajar pendidikan agama, membaca, dan menulis Al Qur'an," sambung Rasulullah.
Awal mula peristiwa ini berawal ketika Rasulullah menerima undangan rapat pada Kamis (1/5/2025) yang dikirim melalui sebuah grup perpesanan terkait rapat panitia persiapan perpisahan yang akan digelar pada Sabtu (3/5/2025).
Dia mengaku mulanya tidak curiga terkait undangan tersebut. Ia menuturkan sebenarnya rapat tersebut hanya diperuntukan bagi guru saja.
"Saya tidak curiga apa-apa. Hanya sempat ada wali murid yang bertanya, katanya ada undangan ke sekolah."
"Saya sampaikan, undangan itu hanya khusus guru, tidak dengan wali murid," ujarnya.
Lalu, saat rapat digelar, agenda awal yang dimulai adalah penyampaian arahan dari pengawas sekolah.
Baca juga: Punya Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi RI, Menteri Ara Minta Ekosistem Perumahan Buat Terobosan
Rasulullah mengungkapkan setelah itu, tiba-tiba seluruh guru dan tenaga honorer yang hadir diminta keluar kecuali dirinya.
Kemudian, undangan yang mulanya diperuntukkan bagi guru saja ternyata turut dihadiri oleh wali murid.
Dia mengatakan ada empat wali murid yang hadir ke ruangan rapat tersebut.
"Saat itu hanya ada saya, Pak Modo Lelono, kepala sekolah, dan pengawas," tutur dia.
"Tapi setelah itu enam orang lain masuk ke ruangan rapat. Setahu saya, empat orang memang wali murid, satu orang komite, dan satu lagi orang dekat Kepala Desa (Kades) kayaknya. Namanya Husnul," sambungnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.