Kisah Bocah Tiga Bersaudara Dirawat Kakek Nenek Buruh Tani di Bali, Ayah Meninggal Ibu Pergi
Tiga bocah bersaudara di Bali ini hidup serba pas-pasan tanpa orangtua, dirawat oleh sepasang kakek dan nenek buruh tani
Editor:
Facundo Chrysnha Pradipha
Made Restina ayah dari ketiga anak itu meninggal dunia karena serangan jantung, sejak kecil juga hidup dengan kondisi keterbatasan di salah satu kakinya, untuk berjalan harus dibantu dengan tongkat.
Almarhum ayahnya dulu seorang pengrajin layang-layang, sedangkan ibunya membuka warung kecil sederhana.
Mereka dahulu tinggal di kawasan Nuansa Hijau yang masih satu dusun, keluarga ini tinggal mengontrak di tanah kosong dengan bangunan rumah semi permanen terbuat dari batako bersama adiknya.
"Jadi kami ada 4 bersaudara, anak pertama perempuan tinggal di Dalung nikah ke Tabanan. Kedua ya ayah dari anak-anak ini, ketiga perempuan nah mereka tinggal bersama kakak perempuan saya ini, dan keempat saya," papar dia.
Karena tidak ingin merepotkan kakak perempuan atau kakak ipar dari ibu anak-anak ini yang dalam kondisi mengandung bayi Komang Budisuari, maka dua bulan sebelum kelahiran, Ketut mengajak ibu dan anak-anak untuk tinggal di rumah bedeng ini bersama kakek neneknya.
"Sudah di sini pas mengandung, dua bulan sebelum melahirkan pindah ke sini," tutur Ketut.
Ketut sendiri kini harus sementara berhenti dari pekerjaan untuk membantu mengasuh ketiga anak ini.
"Saya kuli bangunan sebagai pengayah, proyeknya di Ubung, tapi sekarang tidak kerja dulu, mengasuh anak-anak ini, kalau kerkaannya memang masih ada, tapi saya berhenti sementara, kan kasihan mereka," ungkapnya.
"Penghasilan saya full Rp 660 ribu per Minggu, biasanya kalau gajian ya langsung untuk beli beras kebutuhan keluarga," imbuh dia.
Gede, anak sulung bercita-cita menjadi seorang pebalap motocross, selama pandemi covid-19 ia tak lalai dengan aktivitas belajar dari rumah.
Meskipun dengan kondisi seperti ini, Gede mengaku tetap bersemangat belajar dari rumah di tengah pandemi covid-19 dengan bimbingan paman dan kakak keponakannya seusia sama dengannya yang kerap menemaninya.
"Saya semangat dan senang belajar, kalau pas tugas Bahasa Inggris saya belajar sama kakak (keponakan) yang lebih pintar bahasa Inggris, supaya saya bisa," ucapnya.
Bahkan hampir tak tampak raut kesedihan di wajah Gede dan adiknya, wajah polosnya menggambarkan seolah tak ingin tahu apa yang kini sedang terjadi, kakak keponakannya pun selalu setia untuk menemani bermain, menghibur dan belajar.
Sore ini Gede bermain layang-layang, ia yang masih polos itu tampak gembira bisa menerbangkan layang-layangnya serupa dengan cita-citanya kelak.