Hari Buruh
VIDEO May Day 2025 di DPR, Kala Buruh Bentangkan Spanduk Bergambar Jokowi: Musuh Kelas Pekerja
ada spanduk besar bergambar Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), dengan tulisan: “Kapitalisme, Musuh Kelas Pekerja.”
Penulis:
Chaerul Umam
Editor:
Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Siang itu, di depan Gerdung DPR RI, ribuan buruh dari berbagai penjuru wilayah berkumpul dalam satu barisan yang sama menuntut keadilan di Hari Buruh Internasional, atau yang lebih dikenal sebagai May Day.
Massa dari Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) menggelar aksi peringatan May Day di depan Gedung DPR RI, Kamis (1/5/2025), sejak pukul 12.20 WIB.
Jalan utama menuju Senayan pun berubah menjadi lautan manusia berseragam merah.
Berbagai atribut bernuansa merah—spanduk, hingga bendera, menghiasi peringatan May Day di depan Gedung DPR.
Salah satu yang paling menyita perhatian adalah spanduk besar bergambar Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), dengan tulisan: “Kapitalisme, Musuh Kelas Pekerja.”
Banyak pandangan terlihat mengarah pada spanduk besar berwarna dasar merah yang terbentang di depan Gedung DPR RI itu.
Arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto ditutup akibat padatnya demonstran yang terus berdatangan.
Polisi tampak berjaga, mengalihkan lalu lintas, sementara gelombang massa terus berdatangan.
Ogoh-Ogoh Donald Trump
Selain itu massa GEBRAK juga membawa sejumlah simbol provokatif dalam aksi peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (1/5/2025).
Ketua KASBI sekaligus perwakilan GEBRAK, Sunarno, menjelaskan simbol-simbol tersebut merepresentasikan kritik keras terhadap sistem ekonomi global dan pemerintahan yang dinilai abai terhadap nasib rakyat kecil.
Satu simbol yang mencolok adalah ogoh-ogoh Donald Trump.
Menurut Sunarno, figur Presiden Amerika Serikat itu dipilih sebagai representasi dari kepala negara imperialis dan kapitalis global, yang kebijakan-kebijakannya kerap merugikan negara-negara berkembang.
“Trump itu simbol negara kapitalis. Dia bisa atur ekonomi dunia seenaknya. Negara-negara dunia ketiga, seperti Indonesia, Afrika, ASEAN, dan Amerika Selatan, jadi korban. Karena kebijakannya cuma buat melindungi kepentingan negaranya sendiri,” ujar Sunarno.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.