BKSAP DPR: Transisi Energi jadi Tantangan Negara di Asia Tenggara
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, mengatakan bahwa transisi energi di Asia Tenggara merupakan tantangan bersama.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI, Mardani Ali Sera, mengatakan bahwa transisi energi di Asia Tenggara merupakan tantangan bersama.
Dirinya menyatakan bahwa negara-negara Asia Tenggara harus menghadapi hal ini secara kolektif.
鈥淜ita mesti berkolaborasi dan bersatu mewujudkan Asia Tenggara yang berbasis energi bersih dan terbarukan,鈥 ujar Mardani melalui keterangan tertulis, Kamis (6/3/2025).
Baca juga: BKSAP DPR dan Parlemen Uni Eropa Bahas Aksesi Indonesia ke OECD
Pernyataan ini disampaikan Mardani saat memberikan sambutan dalam webinar Transisi Energi yang diselenggarakan oleh Stratsea dan Asatu Research & Insights.
Webinar tersebut dihadiri oleh berbagai pakar di Asia Tenggara yang mendiskusikan tantangan-tantangan yang dapat menghambat transisi energi di kawasan.
Dr. Zul Ilham, Associate Professor di Universiti Malaya, menyoroti besarnya kebutuhan investasi sebagai hambatan utama.
鈥淏iaya investasi masih menjadi hambatan bagi teknologi seperti geothermal dan offshore wind, yang membutuhkan modal awal yang sangat besar,鈥 ungkapnya.
Senada, Christina Ng, Co-founder dari Energy Shift Institute, mengungkapkan penyebab mengapa investor masih ragu untuk menggelontorkan dananya untuk proyek transisi energi di Asia Tenggara.
鈥淵ang sebenarnya dibutuhkan investor adalah kebijakan yang stabil. Sayangnya, di pasar negara berkembang, termasuk Asia Tenggara, kebijakan sering kali berubah-ubah, yang menciptakan citra kurang baik. Hal ini tidak memberikan kepercayaan bagi investor yang ingin menanamkan modal di kawasan ini,鈥 ungkap Christina.
Baca juga: Ketua BKSAP DPR Tanggapi Ide Relokasi 2 Juta Warga Gaza ke RI: Bukan Urusan Trump, Enak Aja
Sementara itu, Dr. Ardhi Arsala Rahmani, Senior Research Officer di Youth for Energy 鈥 Southeast Asia, menyoroti peran pemuda sebagai agen perubahan yang dapat mempercepat adopsi energi hijau melalui keterlibatan aktif dalam kebijakan energi.
Mengutip data dari World Economic Forum, ASEAN merupakan konsumen energi terbesar keempat di dunia, dengan populasi yang terus bertumbuh mendekati 700 juta jiwa.
Dalam 20 tahun terakhir, konsumsi energi di kawasan ini meningkat rata-rata 3 persen per tahun, dan tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir dekade ini.
Akibatnya, emisi karbon di kawasan ini terus meningkat, melampaui rata-rata global sebesar 1% pada 2022, dengan kenaikan tahunan sekitar 3%.
Besarnya kontribusi negara-negara Asia Tenggara terhadap konsumsi energi dan emisi karbon menegaskan urgensi penguatan kolaborasi serta penyelarasan kebijakan di kawasan ini.
Tantangan ini melatarbelakangi penyelenggaraan webinar, yang bertujuan untuk membuka lebih banyak ruang diskusi dan mendorong solusi konkret dalam transisi energi berkelanjutan.
Turut berpartisipasi dalam sesi ini adalah M. Amin Zaim dari Asatu Research & Insights, yang mengulas peran strategis sektor privat dalam mendorong investasi dan inovasi energi bersih di kawasan.
15 Warga Tewas Dibantai di Yahukimo, Anggota DPR Ini Minta Pemerintah Tingkatkan Dialog dengan KKB |
![]() |
---|
Dua Pemain Industri Pariwisata Perkuat Kolaborasi di Layanan Perhotelan Asia Tenggara |
![]() |
---|
Massa Aksi Penolak Revisi UU TNI Bertahan, 2 Tenda Masih Berdiri di Depan Gerbang Pancasila DPR |
![]() |
---|
Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin Tolak Kabar Berdirinya Pangkalan Pesawat Militer Rusia di Papua |
![]() |
---|
Dukung Ketahanan Energi, FSRU Lampung Terima Pasokan LNG dari Bontang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.