bet365����Ͷע

Turki Desak Masyarakat internasional Tak Berdiam Diri di Tengah Provokasi dan Pelanggaran Israel

TRIBUNNEWS.COM- Utusan Turki untuk PBB Ahmet Yildiz mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak melawan serangan gencar Israel terhadap Jalur Gaza dan wilayah tersebut , ��kantor berita Anadolu ��melaporkan.

“M�����ⲹ�����첹�� internasional tidak boleh lagi tinggal diam menghadapi provokasi dan pelanggaran Israel,” kata Yildiz kepada Dewan Keamanan.

Ia menggambarkan konflik Israel-Palestina telah “memasuki fase paling parah dalam beberapa dekade, menyebabkan kerugian manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya” dan menghambat upaya untuk mencapai solusi dua negara.

“Operasi militer Israel yang gencar telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang sangat besar di kalangan warga sipil: ribuan nyawa melayang, seluruh lingkungan menjadi puing-puing, dan infrastruktur vital hancur,” kata Yildiz, seraya menambahkan bahwa kehancuran tersebut juga meliputi Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina yang dibangun oleh Turkiye dan digunakan untuk pengobatan kanker.

Ia mengutuk tindakan Israel di Tepi Barat, Suriah, dan Lebanon yang diduduki.

“Dengan mengabaikan Resolusi Dewan Keamanan 2234, Israel terus memperluas permukiman ilegal, melakukan kekerasan pemukim, pemindahan paksa, dan tindakan yang bertujuan merusak status Yerusalem,” katanya.

Yildiz menguraikan empat poin seruan untuk bertindak, dimulai dengan “gencatan senjata segera dan berkelanjutan di Gaza” dan “akses kemanusiaan tanpa hambatan.”

Ia mendesak dukungan terhadap rencana rekonstruksi Mesir, yang didukung oleh Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam, dan menekankan “komitmen baru terhadap solusi dua negara,” termasuk keanggotaan penuh PBB untuk Palestina.

“Kami menyerukan kepada Dewan Keamanan untuk menggunakan semua instrumen yang tersedia, termasuk penegakan resolusi yang ada dan adopsi resolusi baru, untuk menanggapi seruan kami,” katanya, seraya memperingatkan bahwa “sejarah akan dengan keras menilai kelambanan.”

��

SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR��