Paus Fransiskus Wafat
Ini Urutan Pemilihan Paus Baru: 'Sede Vacante', Konklaf dan Asap Putih dari Cerobong Kapel Sistina
Pemilihan Paus​ juga tidak dilakukan dengan memunculkan kandidat, yang kemudian baru dipilih melalui pemungutan suara tapi.
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paus Fransiskus pemimpin gereja Katolik Roma pertama yang berasal dari Amerika Latin wafat pada usia 88 tahun. Paus Fransiskus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi Paus pada 13 Maret 2013.
Baca juga: Mengenang Momen Indah Kunjungan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal: Nasaruddin Umar Cium Kening Paus
Penunjukannya mengejutkan banyak pihak karena sosok asal Argentina itu sebelumnya dianggap sebagai tokoh luar dalam hierarki Vatikan. Ia dikenal karena kepeduliannya terhadap kaum miskin dan gaya hidup sederhana.
Kini setelah wafatnya Paus Fransiskus, Gereja Katolik memasuki masa 'Sede Vacante', yakni momen atau periode ketika tahta kepausan kosong​. Selanjutnya akan digelar prosesi konklaf.
Konklaf adalah proses pemilihan Paus baru oleh para kardinal gereja Katolik Roma. Istilah Konklaf berasal dari bahasa latin 'Cum Clave' yang artinya kunci.
​Umumnya proses ini dapat memakan waktu antara dua hingga tiga minggu. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa tahapan yang harus dilalui, mulai dari masa berkabung hingga pelaksanaan Konklaf yang menentukan pemimpin Gereja Katolik selanjutnya.
Pemilihan Paus​ juga tidak dilakukan dengan memunculkan kandidat, yang kemudian baru dipilih melalui pemungutan suara. Tapi, setiap kardinal akan memberikan suara dengan mencantumkan kandidat pilihan masing-masing. Paus terpilih adalah bila dua pertiga kardinal yang berhak memberikan suara, memilih satu kandidat yang sama.
Baca juga: Profil Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik Roma Pertama dari Amerika Latin Itu Berpulang
Karena t​idak adanya kandidat kuat dan sulitnya mendapatkan satu kandidat dengan dukungan dua pertiga kardinal pemilih, pemungutan suara dijadwalkan berlangsung empat kali dalam sehari. Ya​kni dua kali pemungutan suara pada pagi hari dan dua kali pemungutan suara pada petang hari.Â
Prosesi pemungutan suara akan terus berlanjut sampai didapat angka minimal dua pertiga suara dari 115 kardinal pemilih yang mendukung satu kandidat, atau berarti kandidat terpilih butuh sekurangnya 77 suara pendukung. Bila pemungutan suara belum mendapatkan kandidat terpilih, dari dalam Kapel Sistina akan keluar asap berwarna hitam dari pembakaran kertas suara para kardinal.
Sebaliknya, bila pemungutan suara telah mendapatkan kandidat terpilih, asap putih akan menyiarkan kabar gembira tersebut. Tak ada cara komunikasi selain asap itu, yang diizinkan selama proses pemilihan Paus baru.
Dalam sejarah pemungutan suara untuk memilih Paus selama seratus tahun terakhir, kandidat terpilih didapat paling cepat melalui pemungutan suara ketiga, pada 1939. Dua Paus terpilih dalam empat pemungutan suara, dan selebihnya paling sedikit butuh enam kali pemungutan suara.
Baca juga: Mengenang Paus Fransiskus saat Pimpin Misa Agung di Indonesia yang Penuh Kesederhanaan
Ketika proses pemungutan suara dimulai, kerahasiaan menjadi kata kunci. Setelah pengucapan sumpah kerahasiaan, Monsignor Guido Marini, pemimpin upacara kepausan, akan mengatakan "Extra omnes" atau "Semua orang keluar" dan pintu-pintu kapel akan dikunci.
Untuk memastikan kerahasiaan, 90 staf akan melayani para kardinal selama masa karantina, dengan sumpah kerahasiaan yang sama. Setiap hari Kapel Sistina juga akan disisir untuk memastikan tidak ada alat penyadap.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.