Badai PHK
Tak Cuma Indonesia, Negara Lain Seperti Singapura Juga Dilanda Badai PHK
Asosiasi Pengusaha Indonesia mengungkap bahwa tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga terjadi di negara selain Indonesia.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) mengungkap bahwa tren Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga terjadi di negara selain Indonesia.
Menurut Ketua Apindo Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam, PHK di berbagai negara disebabkan oleh beberapa hal seperti melemahnya permintaan global, dampak pasca-pandemi yang berkelanjutan, dan perang geopolitik.
Baca juga: Kemenperin Pastikan PHK Panasonic Holding Tidak Berdampak pada Operasional di Indonesia聽
Bob mencontohkan Singapura yang juga tengah dilanda tren PHK. Ada bank besar di negara tersebut berencana melakukan PHK pada 5 ribu orang.
"Misalnya di Singapura, ada bank besar yang merencanakan PHK 5 ribu orang dalam 5 tahun karena transformasi ke digital,鈥 kata Bob kepada wartawan, dikutip Senin (12/5/2025).
Bob mengatakan bahwa PHK yang dilakukan oleh perusahaan di Singapura sudah dipersiapkan secara matang. Pekerja yang terdampak mendapatkan pelatihan agar bisa kembali diserap ke pasar kerja.
Adapun jumlah PHK di Indonesia berdasarkan catatan Kementerian Ketenagakerjaan sejak awal tahun hingga 23 April 2025 sebanyak 24.036 pekerja.
Jumlah tersebut sudah hampir sepertiga dari jumlah PHK 2024. Tahun lalu ada 77.965 orang yang terkena PHK .
Sepanjang 2025, sektor industri pengolahan menyumbang 16.801 kasus PHK, disusul perdagangan besar dan eceran sebanyak 3.622 kasus, kemudian sektor jasa lainnya sebanyak 2.012 kasus.聽
Menanggapi jumlah PHK pada 2025 yang tinggi, Bob menilai persoalnnya terletak pada dua hal, yaitu struktural dan eksternal.
Persoalan struktural akibat transformasi industri ke digital, di mana pekerjaan manual mulai ditinggalkan.
Baca juga: Update PHK Massal Sritex: Pabrik Beroperasi Lagi, Tapi THR-Pesangon Eks Pekerja Belum Beres
Untuk persoalan eksternal, ia mengatakan hal itu dapat dilihat dari lemahnya permintaan global yang memberi dampak buruk ke kondisi ketenagakerjaan.
Pelemahan permintaan sudah terjadi sejak sebelum Covid-19. Dengan adanya pandemi, perang Rusia-Ukraina mengakibatkan krisis energi, serta perang dagang Amerika Serikat-China, industri padat karya ikut terdampak.
Di tengah angka PHK yang tinggi, Bob menyebut membludaknya pasar kerja perlu diantisipasi dengan jumlah lapangan kerja yang memadai.
Berdasarkan catatannya, tahun lalu ada kurang lebih hampir 3 juta lapangan kerja, tetapi yang masuk pasar kerja ada 4 juta ditambah yang terkena PHK.
"Itu tantangan besar. Apalagi yang masuk pasar kerja itu tidak semuanya lulusan pendidikan menengah-tinggi, ada juga yang dari pendidikan menengah ke bawah," ujar Bob.
Badai PHK
18 Ribu Pekerja di-PHK dalam 2 Bulan, Puan Maharani: Negara Harus Hadir |
---|
Cegah Pengusaha PHK Pekerja, Menko Airlangga: Gaji Karyawan Rp10 Juta Pajaknya Ditanggung Pemerintah |
---|
Partai Buruh Sambangi Kantor Kemnaker, Tuntut Empat Hal Ini |
---|
Pabrik Bulu Mata di Garut Pailit, KSPSI dan Bos BPJS Ketenagakerjaan Pastikan JHT Pekerja Cair |
---|
Daftar 37 Perusahaan Lakukan PHK di Januari-Februari 2025, Ada 13 Perusahaan Lain Bakal Menyusul |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.