Dirut PLN Beber Mismatch Sumber Energi Baru Terbarukan dengan Pusat Permintaan
PLN memetakan ketidakcocokan antara sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan pusat permintaan.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Choirul Arifin
Laporan wartawan bet365×ãÇòͶעnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) akan mengalami perubahan.
Darmawan mengatakan, saat ini sedang berlangsung diskusi mengenai perubahan RUPTL yang diperkirakan berlanjut sampai tahun 2040.
"Saat ini sedang ada diskusi perubahan RUPTL yang diperkirakan sampai di tahun 2040," katanya ketika diwawancara di sela acara Nusantara Power Connect di JCC Senayan, Jakarta, Senin (11/9/2023).
Dalam RUPTL yang baru ini, Darmawan mengatakan pihaknya memetakan ketidakcocokan antara sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan pusat permintaan.
Saat ini, sumber EBT baseload dalam skala besar memiliki lokasi yang berjauhan dan berpencar dari pusat permintaan.
"Hal itu agar kondisi mismatch atau ketidakcocokan antara sumber energi EBT dengan epicentrum of demand bisa disesuaikan," ujar Darmawan.
Baca juga: ASEAN Mau 100 Persen Transisi Energi Terbarukan? Butuh Duit 29,4 Triliun Dolar AS
Maka dari itu, dia bilang, dalam perencanaan RUPTL yang baru akan dibangun Green Enabling Transmission Line. Dalam RUPTL baru ini akan direncanakan penambahan 32 GW EBT baseload.
Penambahan tersebut dimasukkan ke dalam ekosistem kelistrikan sampai tahun 2040. "Kemudian juga di sini akan dibangun smart grid with the state of the art of technologym," kata Darmawan.
Ia mengatakan akan dibangun suatu skenario flexible generation, ditambah smart transmission, smart control center, smart distribution, dan smart meter.
"Sehingga, dengan adanya perencanaan desain dan pembangunan smart grid dengan state of the art of technology ini, maka penambahan variabel EBT yang tadinya hanya mentok di 5 GW sampai tahun 2040 bisa ditambah menjadi 28 GW variabel EBT," ujarnya.
Kemudian, dengan adanya penambahan Green Enabling Transmission Line dan juga smart grid, maka Indonesia akan mampu membangun EBT dari semua potensi di Indonesia. "Dari hydro, geothermal, wind, solar, ombak," kata Darmawan.
Baca juga: Pertamina Gandeng Pelindo Bangun Terminal Energi Terbarukan di Tengah Laut
Berikutnya, penambahan EBT dalam RUPTL baru yang sedang dirancang adalah 60 GW pembangkit di Indonesia sampai 2040.
Artinya, 75 persen penambahan pembangkit akan berbasis pada EBT dan sisanya akan berbasis pada gas.
Tak Hanya Bali, Pulau Jawa dan Sumatera Pernah Terjadi Blackout, Jokowi Sampai Marah di Kantor PLN |
![]() |
---|
Gangguan pada Kabel Laut Jadi Penyebab Mati Listrik Selama 11 Jam di Bali: Bukan Serangan Siber |
![]() |
---|
2 Syarat Megawati Bawa Petrokimia ke Grand Final Proliga 2025: Sentuhan Dewi Fortuna Bernama JPE |
![]() |
---|
Jadwal Proliga 2025 Live MOJI TV: Laga Puputan Megawati, Petrokimia Wajib Lumat Electric PLN |
![]() |
---|
Kurang dari 12 Jam, PLN Berhasil Pulihkan 100 Persen Kelistrikan Bali |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.