Teror Kepala Babi
Pengamat Nilai Kualitas Public Speaking Hasan Nasbi Rendah seusai Komentari Teror Kepala Babi
Pengamat menyayangkan sikap Hasan Nasbi tentang teror paket berisi kepala babi di kantor pers, Tempo,ia tidak mencerminkan sosok garda depan Presiden
Penulis:
Galuh Widya Wardani
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi tentang teror paket berisi kepala babi di kantor pers, Tempo, mendapatkan banyak respons.
Pasalnya, pernyataan Hasan Nasbi tidak mencerminkan pejabat yang mewakili Presiden Prabowo Subianto.
Pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Nur Hidayat Sardini bahkan menyayangkan sikap Hasan Nasbi.
Menurutnya, Hasan Nasbi tidak seharusnya bergurau saat menanggapi teror kepala babi terhadap redaksi Tempo.
Nur Hidayat menyebut, pernyataan Hasan Nasbi menunjukkan kualitas public speaking yang rendah.
"Kualitas public speaking-nya rendah, masih perlu belajar mengelola emosi diri sendiri. Ini Istana lho ya, yang hati, mata, telinganya itu mewakili kepentingan negara, harus berkelas gitu lo," ujar Nur dilansir pada Senin (24/3/2025).
Sebagai Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, lanjut Nur, Hasan Nasbi tidak mampu menyusun kata dengan baik.
Hasan Nasbi juga dinilai masih kurang dalam seni berdiplomasi, serta tidak mampu menyangkal (counter) pemberitaan yang tidak sesuai dengan cerdas.
"Jadi menurut saya ganti aja orang seperti ini, nggak banyak memberi manfaat, justru menambah masalah," ujar mantan Juru Bicara Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) itu.
Nur mengatakan, Hasan Nasbi perlu belajar dengan juru bicara terdahulu.
Menurutnya, seorang juru bicara harus mampu memastikan bahwa apa yang dikatakan itu harus sampai pada tujuannya.
Baca juga: Komnas HAM Desak Ungkap Pelaku Kirim Kepala Babi ke Kantor Tempo
"Mampu memastikan bahwa goal yang ditembakkan itu tercapai. Juru bicara itu harus datar, cool, calm, and confident," jelas Nur.
Nur lantas mencontohkan sejumlah mantan jubir di Indonesia yang cukup hebat.
Mereka di antaranya mantan Jubir KPK Johan Budi Sapto Priboyo atau Febri Diansyah, Wimar Witoelar di era pemerintahan Presiden Gus Dur dan lain sebagainya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.