Trump Terapkan Tarif Timbal Balik
Ketika Kebijakan Tarif Trump Jadi 'Senjata': Saham Jatuh, Ekonomi Lambat, Resesi Membayangi
Pasar saham Amerika Serikat terus anjlok, diperburuk dengan kebijakan tarif Trump.Siapa yang tentukan resesi? apakah skenario terburuk bisa dihindari?
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Selama berminggu-minggu, pasar saham Amerika Serikat terus anjlok.
Situasinya makin memburuk setelah Presiden Donald Trump pada Rabu (2/4/2025) mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap hampir seluruh negara mitra dagang AS.
Langkah tersebut langsung memicu kekhawatiran akan resesi.
JPMorgan memperkirakan peluang terjadinya resesi mencapai 60 persen.
Sementara Goldman Sachs dan Morningstar memperkirakan antara 40 hingga 50 persen.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi?
Lalu, apakah penurunan pasar saham benar-benar pertanda bahwa resesi sudah di depan mata?
Apa yang Terjadi Saat Resesi?
Resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa bulan dan berdampak luas.
Saat resesi terjadi, bisnis cenderung menahan investasi karena pesimis terhadap masa depan ekonomi.
Dampaknya berantai: pembangunan menurun, produksi melambat, dan permintaan barang jatuh.
Baca juga: Tarif Trump Picu Guncangan Global: Dunia Siaga, Pasar Bergejolak, Harga Melonjak
Seperti dalam Resesi Hebat 2007–2009, sektor konstruksi lumpuh, permintaan alat berat dan bahan bangunan anjlok, dan akhirnya menyentuh hampir semua sektor ekonomi.
Akibatnya, pengangguran meningkat dan jam kerja berkurang.
Saat resesi awal 1980-an, tingkat pengangguran AS mendekati 11 persen. Bahkan saat pandemi COVID-19, angka itu sempat melonjak hingga 15 persen.
Meski kini masih di angka 4,2 persen, tingkat pengangguran bisa melonjak cepat bila perlambatan ekonomi terus berlanjut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.