10.000 Ton Baja Galvanize Produksi AM/NS Diekspor ke Amerika SerikatÂ
Produsen besi baja, PT AM/NS Indonesia, mengekspor sebanyak 10.000 ton produk baja lapis seng atau galvanize ke pasar AS
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah perang tarif impor yang dilakukan Amerika Serikat (AS), industri baja lokal Indonesia justru tetap mampu melakukan ekspor ke Negeri Paman Sam.
Produsen besi baja, PT AM/NS Indonesia, mengekspor sebanyak 10.000 ton produk baja lapis seng atau galvanize ke pasar Amerika Serikat.
Nilai ekspor dari pengiriman ini mencapai sekitar 10 juta dolar AS atau setara dengan Rp 164 miliar, kurs rupiah Rp 16.463.
Baca juga: Aset Naik Jadi Rp120 Miliar, Koperasi Kana Ekspor Gula ke Tiga Negara
President Director PT AM/NS Indonesia Murali Krishna Chunduru mengatakan, ekspor ini merupakan bagian penting dari upaya perusahaan memperkuat bisnisnya di pasar internasional.
"Ekspor ini menjadi salah satu pencapaian strategis bagi perusahaan dalam memperluas jangkauan pasar dan memperkuat posisi kami di pasar global," tutur Murali dalam keterangan resmi, Jumat (2/4/2025).
Amerika Serikat dan Kanada telah menjadi pasar ekspor utama bagi produk galvanize PT AM/NS Indonesia. Target pengapalan baja produksi perusahaan ke AS sebesar 5.000 - 6.000 ton per bulan dan ekspor ke Kanada sekitar 3.000 - 4.000 ton per kuartal.
Terkait kebijakan tarif masuk baja ke AS, Murali menyampaikan bahwa produk baja dikenakan tarif flat sebesar 25 persen di bawah Section 232.
Baca juga: Dapat Keluhan Pengusaha Soal Kelangkaan Kelapa, Menperin Agus: Negara Lain Sudah Larang Ekspor
Meski begitu, kondisi ini justru membuka peluang bagi PT AM/NS Indonesia, mengingat beberapa negara pesaing seperti China, Vietnam dan India dikenakan bea anti-dumping yang lebih tinggi.
"Kami memiliki keunggulan kompetitif baik dari sisi kualitas maupun harga, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar AS yang kini mencari pemasok baru," ucap Murali.
Selain memperkuat pasar utama, PT AM/NS Indonesia juga berencana memperluas akses ke pasar yang baru dibidik, diantaranya Eropa, Malaysia dan Australia, seiring dengan adanya peluang yang muncul akibat kebijakan proteksi perdagangan dari berbagai negara.
Baca juga: Jepang Minta Indonesia Cabut Larangan Ekspor Susu dan Pastikan Espor Daging Sapi Stabil
Murali mengungkapkan bahwa di tengah pencapaian ekspor ini, industri baja nasional masih menghadapi tantangan struktural, seperti maraknya impor baja non-standar yang belum mendapat perlindungan maksimal dari regulasi domestik.
"Kami membutuhkan intervensi pemerintah untuk menghentikan masuknya baja non-standar, seperti produk dengan ketebalan di bawah standar atau lapisan pelindung yang lebih rendah," ungkap Murali.
Produk utama buatan PT AM/NS Indonesia yang banyak diekspor adalah baja Galvanized dan Cold Rolled Coil.Â
PT AM/NS Indonesia menargetkan penjualan tahun ini sebanyak 300.000 ton, tumbuh sekitar 8-9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Kami akan terus berinovasi dan menjaga standar manufaktur kelas dunia dalam seluruh lini produk kami," ujar Murali.
Mike Waltz Mundur dari Jabatan Penasihat Keamanan Nasional AS, Marco Rubio jadi Pengganti Sementara |
![]() |
---|
Jelang Perundingan Nuklir, Iran Kecam Keras Sanksi Baru AS, Sebut sebagai 'Terorisme Ekonomi' |
![]() |
---|
Trump Yakin AS Bisa Untung Lebih dari 350 Miliar Dolar dengan Keruk Mineral Ukraina |
![]() |
---|
Isi Perjanjian Mineral: Ukraina Beri 57 Mineral, Kyiv Dapat Aliran Bantuan Militer AS |
![]() |
---|
AS Sebut Ukraina Siap Serahkan 5 Wilayah kepada Rusia, Salah Satunya Krimea |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.