Perang Dagang Amerika Bikin Ekspor Industri Kayu Lesu
Tiga subsektor industri mengalami kontraksi menurut laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2025 yang dirilis Kementerian Perindustrian
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga subsektor industri mengalami kontraksi menurut laporan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan April 2025 yang dirilis Kementerian Perindustrian, Rabu (30/4/2025).
Ketiga subsektor tersebut adalah Industri Kulit, Barang Dari Kulit dan Alas Kaki (KBLI 15), Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16), serta Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer (KBLI 29).
Baca juga: Penjualan Mobil Listrik Denza Meroket, Kemenperin: Tahun Depan Mereka Harus Mulai Produksi di RI
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Krisna Septiningrum menjelaskan, kontraksi nilai IKI pada industri di KBLI 16 terjadi akibat penurunan ekspor.
"Penurunan nilai IKI sejalan jika kita bandingkan dengan penurunan ekspor industri kayu secara keseluruhan yang mencapai-2,99 persen di bulan Maret, jika kita bandingkan dengan bulan sebelumnya," tutur Krisna di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Selanjutnya, kondisi perang dagang yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan menaikkan tarif impor berbagai negara menjadi pemicu utama.
Apalagi, Amerika telah menjadi pasar utama untuk produk Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya, yang dibuat dari Indonesia.
Baca juga: Pedagang di Banjarmasin Mengeluh kepada Sekjen PKS Soal Sulitnya Cari Kelapa Parut
"Hal ini sejalan karena ekspor utama Indonesia untuk KBLI 16 ini adalah di pasar Amerika Serikat, dengan porsi pasarnya itu mencapai sekitar 23,23 persen, sehingga terjadi penilaian nilai ekspor sebesar 5,19 persen," jelasnya.
Selanjutnya, pasar ekspor kedua dari produk KBLI 16 adalah Jepang. Di pasar ini, ekspornya juga mengalami perlambatan.
"Jepang juga mengalami penurunan ekspor dan ini lebih signifikan jika kita bandingkan dengan penurunan ke negara lain. Penurunan ini mencapai kurang lebih sekitar 16,63 persen jika kita bandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu mencapai kurang lebih 10,71 juta dolar AS," ungkap Krisna.
Meski negara utama tujuan ekspor produk Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya, mengalami perlambatan, Kemenperin melihat ada peluang-peluang pasar baru yang bisa dikembangkan.
"Kita melihat potensi pasar dan mungkin ini bisa kita jadikan sebagai pasar alternatif ke depannya. Ini sebetulnya ada negara-negara lain yang mengalami kenaikan ekspor yang cukup signifikan, sehingga kalau kita lihat dan bandingkan terhadap proporsi pasar ekspor itu sekitar 56,02 persen. Itu seperti negara-negara di luar kawasan Asia," ucap Krisna.
Tensi Perang Dagang Global Meninggi, Ketua Umum Hima Persis: Perkuat Persatuan dan Gotong Royong |
![]() |
---|
Tarif Trump  Sebabkan Kehancuran Ritel, Tarif Trump Picu Kekhawatiran Suplai dan Ancaman Harga Naik |
![]() |
---|
Wirausaha Indonesia Perlu Adaptif Hadapi Kompetisi Dagang Internasional |
![]() |
---|
Minyak Dunia Bullish, Naik Tipis usai Perang Dagang China vs AS Diisukan Mereda |
![]() |
---|
China Sukses Bikin Trump Bimbang Soal Tarif, Perang Dagang Rugikan AS Secara Ekonomi dan Politik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.