Wamenperin Harap Kerja Sama PTDI dan YPTI Tidak Sebatas Pemeliharaan Mesin Pesawat
industri dalam negeri memiliki potensi yang sangat besar untuk menangkap peluang peningkatan permintaan komponen pesawat
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren permintaan komponen pesawat terbang menunjukkan pertumbuhan positif didorong oleh meningkatnya permintaan armada pesawat terbang, serta penggantian komponen untuk keperluan reparasi pesawat.Â
Data McKinsey & Company mengungkap pada 2024, backlog pesanan pesawat dunia mencapai rekor tertingginya sekitar 15.700 pesawat.
Apabila menggunakan kapasitas yang dimiliki pada tahun 2023, maka untuk memenuhi backlog tersebut, produsen pesawat dunia membutuhkan waktu 13 tahun.
Baca juga: Kemenperin Fasilitasi Kolaborasi PTDI dan PT YPTI dalam Penguatan Rantai Pasok Dirgantara Nasional
Hal ini mendorong industri pesawat terbang utama seperti Boeing dan Airbus untuk meningkatkan kapasitas rantai pasok bahan baku dan komponen dari berbagai negara.
Meningkatnya permintaan komponen ini juga dapat mendukung pasar penerbangan di Indonesia yang terus berkembang.
Bahkan sebagaimana dikutip dari Boeing (2024), studi International Air Transport Association (IATA) menjelaskan Indonesia diproyeksikan akan menjadi pasar penerbangan terbesar keempat di dunia pada tahun 2036.
Hal senada juga dijelaskan dalam studi International Civil Aviation Organization (ICAO) tahun 2023 bahwa jumlah penerbangan domestik dan penumpang akan meningkat menjadi 7,6 juta flight dan 690 juta penumpang pada tahun 2045 atau mencapai lebih dari 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2024.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza, menyampaikan industri dalam negeri memiliki potensi yang sangat besar untuk menangkap peluang peningkatan permintaan komponen pesawat terbang tersebut.
Baca juga: Syarat Dokumen Daftar PTDI STTD, Sekolah Kedinasan Kemenhub
"Indonesia memiliki sejarah yang panjang di industri manufaktur pesawat terbang. PT Dirgantara Indonesia menjadi satu-satunya produsen pesawat terbang di kawasan Asia Tenggara," tutur Faisol dalam penandatanganan Framework Agreement (FA) PTDI dan YPTI di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Indonesia juga memiliki industri komponen pesawat terbang yang tergabung dalam Indonesia Aircraft and Component Manufacturer (INACOM), di mana sebagian diantaranya telah tersertifikasi standar manajemen mutu industri kedirgantaraan internasional (AS9100) dan menjadi bagian dari rantai pasokan global, termasuk diantaranya adalah PT DI dan PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI).
Wamenperin berharap PTDI dapat terus meningkatkan perannya untuk mendorong pengembangan ekosistem industri pesawat terbang, baik peran sebagai lead integrator dalam manufaktur pesawat maupun PT DI sebagai tier-1 yang mampu menjadi enabler industri lainnya di dalam negeri untuk menjadi tier-2 dan 3 dalam menyerap peluang pasar yang besar tersebut sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap impor komponen.
Baca juga: Menhan Prabowo Saksikan Penandatanganan MoU Kerja Sama Industri Pertahanan PTDI dan Malaysia
"Saya mengharapkan untuk tahun-tahun berikutnya agar kemitraan strategis antara PT DI dan PT YPTI dapat dikembangkan tidak terbatas pada revitalisasi, penyediaan komponen dan pemeliharaan saja, namun juga dapat mengembangkan investasi untuk meningkatkan kapabilitas industri komponen pesawat terbang dalam negeri," ucapnya.
Wamenperin Nilai WFA Karyawan Swasta Jelang Lebaran Tidak Akan Bermasalah |
![]() |
---|
Kemenperin Fasilitasi Kolaborasi PTDI dan PT YPTI dalam Penguatan Rantai Pasok Dirgantara Nasional |
![]() |
---|
IFEX 2025 Digelar Selama Empat Hari, Dukung Ekspansi Global Industri Furnitur |
![]() |
---|
Transformasi Digital Sektor Industri, Wamenperin Faisol Riza Resmikan Innovation Hub Jakarta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.