Jarang Dibuka, Tombol IGTV Ternyata sudah Dihapus oleh Instagram
Tombol IGTV di instagram ternyata sudah dihapus karena jarang dibuka pengguna.
Editor:
Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Tombol IGTV di instagram ternyata sudah dihapus karena jarang dibuka pengguna.
Coba perhatikan, saat membuka beranda Instagram, coba perhatikan, apakah ada yang aneh? Jika diamati, tombol IGTV khusus (dedicated) yang biasa berada di sisi kiri tombol pesan langsung (dirct message) sudah lenyap.
Alasannya, pengguna jarang membuka dengan menekan tombol itu. Namun, tidak sepenuhnya hilang.
Pengguna masih bisa menemukan cuplikan (preview) IGTV di feed Instagram. juga bisa ditemukan di tab eksplor atau langsung menuju profil kreator yang diinginkan.
"Kami selalu berusaha membuat sesederhana mungkin, jadi kami menghapus tombol berdasarkan temuan ini dan umpan balik dari komunitas kami," jelas perwakilan , dirangkum KompasTekno dari TechCrunch, Senin (20/1/2020).
Pengguna juga bisa mencari konten di standalone jika diinginkan. Sejak diluncurkan tahun 2018 lalu, ini telah diunduh lebih dari satu juta kali di Amerika Serikat, menurut data dari Sensor Tower.
Jumlah ini jauh lebih kecil dibanding TikTok dalam periode yang sama di Amerika Serikat.
Dari sumber data yang sama, TikTok telah diunduh sebanyak 80,5 juta kali.
IGTV juga memungkinkan penayangan video horisontal mulai Mei 2019. Hal ini mengubah konsep awal dibentuknya , yakni menyuguhkan video panjang secara vertikal di perangkat mobile.
Belum diketahui apakah cara itu sukses mendongkrak penonton dan jumlah konten yang diunggah ke atau tidak.
Bisa saja, minimnya monetisasi di menjadi salah satu alasan para kreator ogah mengunggah kontennya di dan tetap memilih YouTube.
Sebuah laporan yang dilansir Bloomberg menyebutkan bahwa satu-satunya dukungan finansial yang ditawarkan Facebook dan untuk pra kreator adalah penggantian biaya produksi, bukan iklan seperti di YouTube.
Tawaran itu pun hanya berlaku untuk beberapa selebriti dengan mekanisme kontrak. Akan tetapi, tema konten akan dibatasi. Di dalam kontrak tersebut, para pembuat konten tidak diperbolehkan untuk membuat konten terkait politik, masalah sosial, atau seputar pemilu.
(Kompas.com/ Wahyunanda Kusuma Pertiwi)
Artikel ini telah tayang di dengan judul "".