Toyota Bakal Jualan Mobil Hidrogen di Tahun 2030, Hal Berikut Jadi Tantangan Utama
Di global performa penjualan mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) hanya mencapai 12.866 unit pada 2024.
Penulis:
Lita Febriani
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Toyota Indonesia sudah menetapkan target untuk menjual model hidrogen di Tanah Air pada tahun 2030. Sejak beberapa tahun lalu, Mirai menjadi model yang di highlight oleh perusahaan.
Dengan misi ambisius, Toyota juga sudah memiliki Hidrogen Refueling Station di fasilitas produksi Plant 3, Karawang, Jawa Barat.
Akan tetapi, di global performa penjualan mobil hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) hanya mencapai 12.866 unit pada 2024. Angkanya menurun dari tahun 2023, sejumlah 14.451 unit.
Baca juga: Toyota Optimistis 5 Tahun Lagi Bisa Jualan Mobil Hidrogen, Infrastrukturnya Lagi Dibangun
Engineering Management Division PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Indra Chandra Setiawan, membenarkan terjadi perlambatan penjualan mobil tanpa emisi tersebut.
"Datanya memang terjadi perlambatan, karena memang ada alternatif. Jadi BEV juga tadinya kalau kita lihat baterai per kWh di atas 1.000 dolar, berapa tahun belakang dengan economic of scale akhirnya harga baterai per kWh Itu bisa lebih murah" tutur Indra dalam Media Workshop Hydrogen Ecosystem di Plant 3, Karawang, Jawa Barat, Senin (14/4/2025).
Apalagi produsen mobil asal China juga terus mengembang teknologi baterai baru, mulai dari mengembangkan Lithium Ferro Phosphate (LFP).
Dimana baterai EV yang tidak menggunakan nikel, tidak menggunakan mangan, tidak menggunakan cobalt, hanya menggunakan ferro atau besi yang notabene murah.
"Terakhir data yang saya punya bahkan less than 100 dolar per kWh. Jadi untuk passenger car dengan mempertimbangkan kecepatan introduction charging versus station, akhirnya yang di dunia memang akselerasinya lebih cepat yang EV dibandingkan FCEV," jelas Indra.
Untuk itu, Toyota secara global mulai menyasar uji coba penggunaan hidrogen pada truk tugas berat atau heavy duty truck.
Penggunaan hidrogen pada truk dengan tugas berat belum pernah dilakukan sebelumnya. Toyota memulai proyek uji cobanya di Thailand dengan upaya untuk mereduce emisi pada truk.
Di Indonesia, tantangan penjualan kendaraan hidrogen datang dari biodiesel 40 yang juga mampu mengurangi emisi sebesar 40 persen.
"Kalau di Indonesia agak sulit lagi. Di sini terus terang kita sudah punya alternatif biodiesel, artinya secara emisi dengan close to carbon itu sudah 40 persen lebih murah, plus solarnya disubsidi jadi Rp 6.800. Ini yang menjadi challenge terberat untuk kita. Kalau disuruh head to head itu akan sangat sulit, kalau hidrogen dibenturkan dengan biodiesel. Karena infrastruktur yang satu sudah major dan disubsidi, dibandingkan satu yang baru mulai banget dan tidak ada dukungan insentif. Mungkin akan sangat sulit," ungkap Indra.
Ìý
Kunci Jawaban IPS Kelas 7 Halaman 36 37 Kurikulum Merdeka Edisi Revisi, Dampak Kenaikan Harga BBM |
![]() |
---|
Bikin Motor Mogok setelah Isi BBM, SPBU di Klaten Dipasangi Garis Polisi, Pengelola Angkat Bicara |
![]() |
---|
Viral Kendaraan Dinas Polisi Isi BBM di SPBU Ciceri yang Disegel, Begini Penjelasan Polda Banten |
![]() |
---|
Begini Respons Pertamina Soal Dugaan BBM di SPBU Trucuk Klaten Tercampur Air |
![]() |
---|
Belasan Kendaraan Mogok Diduga karena BBM Tercampur Air, Polisi Tutup Sementara SPBU Trucuk Klaten |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.