Monolog Wapres Gibran
Peneliti BRIN Berikan Penilaiannya pada Monolog Wapres Gibran Tentang Bonus Demografi
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai berusaha menarik simpati generasi muda lewat video monolognya.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
timtribunsolo
°ΥΈι±υ΅ώ±«±·±··‘°Β³§.°δ°Ώ²ΡΜύβ Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, memberikan tanggapan mengenai video monolog yang dibuat oleh Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka.
Dalam video tersebut, Gibran membahas tema bonus demografi yang dianggap menarik perhatian kalangan muda.
Menurut Lili, monolog ini menunjukkan bahwa Gibran berusaha menarik perhatian publik, khususnya generasi muda.
βSetiap pejabat politik, apalagi setingkat wapres, setiap tindakan dan ucapannya cenderung memiliki atau bermotif politik."
"Begitu juga publik cenderung akan menilai seperti itu, ada motif politik, tidak dalam ruang yang vakum."
βNah, tampaknya Wapres, melalui tim medianya, mencoba menarik perhatian publik, khususnya kalangan muda, dengan mengusung tema bonus demografi yang disampaikan secara monolog tersebut,β kata Lili dilansir Kompas.com, Minggu (20/4/2025).
Lebih lanjut, Lili menilai langkah Gibran yang membuat video monolog ini memperjelas maksud politik di baliknya.Μύ
Menurut Lili, monolog yang dibawakan Gibran dengan gaya terstruktur dan sistematis itu merupakan bagian dari strategi komunikasi politik untuk menarik simpati generasi muda.
Lili juga mencatat bahwa dengan format monolog, Gibran dapat menghindari risiko salah ucap dan terlihat lebih menarik di mata publik.
Tema bonus demografi dipilih karena menyentuh keresahan generasi muda mengenai masa depan mereka.
"Jika direspons positif oleh kalangan muda, ini bisa menjadi modal sosial dan politik untuk Wapres ke depan," tuturnya.
Namun, Lili mengingatkan bahwa monolog ini juga bisa menjadi bumerang bagi Gibran.
Terlebih jika banyak publik menganggap cara berbicara Gibran secara langsung tidak sebagus yang ditampilkan dalam video monolog tersebut.
βBisa jadi publik merespons negatif karena, seperti diketahui, bila berbicara secara langsung, tidak sebagus bicara secara monolog tersebut. Tentu kalau dianggap negatif, dianggap angin lalu saja, dianggap bagian dari pencitraan,β jelas Lili.
Μύ
Μύ
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.