bet365×ãÇòͶע

Rabu, 14 Mei 2025

Pontjo Sutowo: Tidak Cukup Dihafal, Pancasila Harus Diimplementasikan pada Setiap Aspek Kehidupan

Pontjo Sutowo mengajak masyarakat untuk implementasikan Pancasila dalam hidup sehari-hari.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hasanudin Aco
Istimewa/bet365×ãÇòͶעnews.com
TRANSFORMASI PANCASILA - Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo (kedua dari kanan) dan mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif (ketiga dari kanan) saat Pelatihan Tiga Ranah Pancasila Dana Darma Pancasila di Jakarta, Selasa (26/2/2025). Pontjo Sutowo menekankan pentingnya mentransformasikan Pancasila dari sekadar mitos menjadi ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ÌýKetua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo menekankan pentingnya mentransformasikan Pancasila dari sekadar mitos menjadi ilmu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Ìý

Menurutnya memahami Pancasila tidak cukup hanya dengan menghafal, tetapi harus diinternalisasi dan diimplementasikan dalam setiap aspek kehidupan.

"Pancasila hari ini baru mencapai mitos, dan kita yakin berguna, tetapi mitos tidak cukup harus ditransformasi menjadi ilmu, menjadi rogos, baru setelah ilmunya dikuasai, Pancasila akan menjadi kebiasaan, menjadi etos," ujar Pontjo saat pembukaan Pelatihan Tiga Ranah Pancasila Dana Darma Pancasila Bacth di Jakarta, Selasa (26/2/2025).

Menurut Pontjo, tugas besar bangsa ini adalah mengonversi Pancasila dari sekadar mitos menjadi ilmu yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.Ìý

Upaya ini tidak bisa dilakukan hanya dengan pendekatan formalitas, tetapi harus dengan keterlibatan seluruh elemen bangsa.

Dalam hal ini, ia menekankan bahwa beasiswa dan berbagai inisiatif pendidikan lainnya adalah bentuk undangan bagi masyarakat untuk turut serta dalam membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila.

Pontjo juga mengingatkan bahwa Pancasila adalah titik temu dari keberagaman yang ada di Indonesia.

Ia menolak gagasan bahwa keseragaman adalah kunci kemajuan bangsa.

"Bhinneka Tunggal Ika sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Indonesia adalah bangsa yang majemuk, tetapi bukan berarti kita tercerai-berai. Justru dari keberagaman inilah kita harus menemukan titik temu," ujarnya.

Senada dengan Pontjo, mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif menegaskan, Pancasila merupakan dasar simplicitas dari kompleksitas nilai yang ada di dunia.

Menurutnya, para pendiri bangsa telah berhasil merangkum nilai-nilai universal dalam Pancasila, menjadikannya sebagai ideologi inklusif yang dapat merangkul berbagai perbedaan.

"Pancasila adalah ideologi besar tentang inklusi sosial bukan sekadar dogma yang dipaksakan, tetapi sistem penalaran rasional yang lahir dari realitas kehidupan masyarakat," jelas Yudi.

Yudi yang juga merupakan Ketua Yayasan Dana Darma Pancasila menekankan bahwa agar Pancasila benar-benar menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, maka dua hal utama harus diperkuat: aspek batiniah dan aspek lahiriah peradaban.Ìý

Aspek batiniah mencakup mental, spiritual, dan karakter bangsa, sedangkan aspek lahiriah mencakup tata kelola pemerintahan dan inovasi teknologi yang berkelanjutan.

"Teknologi adalah sumber daya yang tidak terbatas. Dengan inovasi dan teknologi, kita bisa mencapai kesejahteraan yang lebih baik tanpa harus bergantung sepenuhnya pada sumber daya alam," katanya.

Ìý

Ìý

Ìý

Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

Berita Rekomendasi
  • Berita Terkini

    © 2025 bet365×ãÇòͶע, a subsidiary of . All Right Reserved
    bet365×ãÇòͶע Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan