bet365×ãÇòͶע

Senin, 5 Mei 2025

Fenomena Turunnya Jumlah Penduduk di Luar Negeri Apakah Bisa Dialami Indonesia? Begini Kata Ahli 

Generasi muda di Indonesia saat ini pun mulai menimbang saat memutuskan ingin membangun sebuah keluarga

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO
ILUSTRASI - Petugas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendata warga untuk konsultasi gratis terkait masalah penggunaan alat KB di Bengkong, Batam, Minggu (26/5/2013). Pada tahun 2013, BKKBN merilis bahwa penduduk indonesia akan mencapai 250 juta jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk sebesar 1, 49 persen per tahun. TRIBUN/ARGIANTO DA NUGROHO 

Laporan Wartawan bet365×ãÇòͶעnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Saat ini di beberapa negara tengah mengalami tren penyusutan jumlah penduduk.

Negara yang mengalami fenomena ini misalnya seperti Jepang, Korea Selatan dan beberapa negara di Eropa. Indonesia pun berisiko alami penurunan angka kelahiran. 

Beberapa negara yang mengalami penyusutan ini ternyata bukan dikarenakan tanpa program keluarga berencana (KB), melainkan faktor lain.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Dr Siswanto Agus Wilopo, SU, M.Sc., ScD.

"Alasannya banyak, salah satunya dari faktor biologis. Misalnya, orang jepang 10 tahun lalu kalau pulang kantor jam 7 malam.

Baca juga: Sektor Ketenagakerjaan Mulai Pulih, Jumlah Penduduk Bekerja Bertambah 4,55 Juta Orang

Sekarang laki-laki kalau pulang kantor jam 12 malam," ungkapnya pada acara media training yang diadakan di Yogyakarta, Minggu (21/8/2022).

Pulang lebih lambat membuat fisik pekerja di Jepang lelah ketika tiba di rumah sehingga frekuensi berhubungan seksual pun menurun.

Padahal secara teori, frekuensi seks mempengaruhi potensi kehamilan.

Faktor lain adalah banyak orang yang memilih untuk menunda pernikahan setelah mencapai target tertentu. Prof Siswanto pun menyebutkan Singapura sebagai salah satu contohnya. 

"Di Singapura, banyak perempuan tidak mau menikah jika belum memiliki posisi tertentu.

Dan di China, antara laki-laki dengan perempuan yang sukses itu hampir berimbang. Sedangkan di sini masih banyak laki-laki sukses," kata Prof Siswanto menambahkan.

Trend ini bisa juga masuk ke dalam Indonesia.

Menurut Prof Siswanto, hal ini pun tidak bisa dihindari.

Generasi muda di Indonesia saat ini pun mulai menimbang saat memutuskan ingin membangun sebuah keluarga.

Jika situasi ekonomi masih belum kuat, maka ia akan mempertimbangkan diri untuk berumahtangga.

"Generasi muda kita mulai pilih-pilih. Kalau ekonomi belum kuat, belum memutuskan untuk berkeluarga. Studi sosiologis sudah menunjukkan seperti itu," papar Prof Siswanto lagi. 

Berita Rekomendasi
asd
  • AA

    Berita Terkini

    © 2025 bet365×ãÇòͶע, a subsidiary of . All Right Reserved
    bet365×ãÇòͶע Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan