3 Alasan Rokok Elektrik Digemari Kaum Muda di Indonesia, Padahal Berbahaya untuk Kesehatan
Dari data SKI 2023, pengguna rokok elektrik pada penduduk umur 10-18 tahun mengalami peningkatan 2 kali lipat dibanding tahun 2018.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan wartawan bet365足球投注news.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA 鈥 Industri rokok di Indonesia terus menargetkan anak dan remaja menjadi pelanggan tetapnya.
Industri rokok kini tampil dengan wajah baru, membalut bahan berbahaya itu dengan kesan merokok menjadi lebih nyaman dengan kehadiran rokok elektrik atau berperisa.
鈥淭aktik industri rokok ini membuat produk tembakau dan nikotin yang berbahaya itu menjadi menarik bagi kaum muda,鈥 tutur Ketua Lentera Anak Lisda Sundari kata dia dalam temu media di Jakarta, Selasa (29/4/2025).
Baca juga: Kronologi Viral Penumpang Hisap Rokok Elektrik di Penerbangan Garuda Rute Jakarta-Medan
Merujuk data WHO ada tiga taktik yang digunakan. Pertama, pemasaran yang glamor; kedua, desain produk yang menarik dan menipu; serta perisa dan aditif.
Pihaknya menyoroti, taktik perisa yang menjadi alat utama menjebak anak muda agar merokok.
Hasil jejak Lentera Anak & U-Report, Juni 2024 menunjukan 46,5 persen remaja menyatakan mengingat varian rasa sebagai elemen yang paling menarik dari produk rokok.
鈥淚ni menunjukkan daya tarik rasa atau perisa ini lebih kuat daripada elemen lain seperti harga, merek, kemasan,鈥 tutur Lisda.
Saat ini, dari 16.000 varian rasa global, 847 varian telah masuk pasar Indonesia.
Lisda menuturkan, perisa dalam industri rokok sangat penting lantaran, perisa yang beragam itu dapat menarik perhatian anak dan remaja yang masih di fase awal eksplorasi hal-hal baru, lalu membuat merokok terasa lebih nyaman, hingga mengurangi kemungkinan berhenti merokok.
鈥淢elalui perisa menyamarkan risiko kesehatan. Perisa menutupi rasa nikotin dan tembakau, menyebabkan konsumen tidak menyadari bahaya kesehatan, meningkatkan ketergantungan nikotin,鈥 tutur dia.
Kemudian, produk dengan desain keren dan rasa manis mempromosikan merokok sebagai sesuatu yang keren dan normal, terutama di kalangan remaja.
Desain yang menarik dan rasa yang menyenangkan mengurangi keinginan untuk berhenti atau memperpanjang ketergantungan.
Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau, Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI dr. Benget Saragih, M.Epid menegaskan, risiko kesehatan antara rokok konvensional dan rokok elektronik sama.
Bahwa klaim rokok elektronik aman tidak tepat.
鈥淧ada cairan rokok elektrik mengandung propilen glikol atau gliserin, nikotin,dan penambah rasa. Tetap ada nikotin yang ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda-beda, antara 0-100 mg/ml dalam satu rokok elektrik,鈥 tutur dia.
Diketahui dari data SKI 2023, pengguna rokok elektrik pada penduduk umur 10-18 tahun mengalami peningkatan 2 kali lipat dibanding tahun 2018.
AMLI Soroti Pasal Tembakau dalam PP 28/2024, Ingatkan Dampaknya terhadap Industri Periklanan |
![]() |
---|
Pemerintah dan DPR Didorong Buat Regulasi Perlindungan Tembakau Sebagai Komoditas Strategis |
![]() |
---|
Ketua Umum RTMM-KSPSI Sudarto: Pekerja Tolak Rencana Penyeragaman Kemasan Rokok Tanpa Merek |
![]() |
---|
PP 28/2024 Tuai Kritik Pelaku Usaha, Wamenkum: Bisa Dibatalkan Jika Tanpa Partisipasi Publik |
![]() |
---|
Pembatasan Penjualan Produk Tembakau Dinilai Bikin Bingung Dunia Usaha |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.