Cegah Obesitas, Mulai Cermat Baca Label Gizi pada Kemasan Makanan
Mayoritas masyarakat belum paham penting membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan wartawan bet365足球投注news.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Direktur Standarisasi Pangan Olahan, Badan POM RI Dra. Dwiana Andayani, Apt menyebut, 听mayoritas masyarakat belum memahami pentingnya membaca label kemasan dengan cermat, terutama terkait kandungan gula, garam, dan lemak dalam pangan olahan.
Ketika membeli dan sebelum mengonsumsi ada baiknya memperhatikan Informasi Nilai Gizi (ING) yang mencantumkan jumlah sajian per kemasan, energi total per sajian, zat gizi utama seperti lemak, lemak jenuh, protein, dan karbohidrat (termasuk gula), serta persentase Angka Kecukupan Gizi (AKG) per sajian.
Baca juga: 4 Maret Memperingati Hari Apa? Ada Hari Obesitas Sedunia dan Global Day of Engineer
Selain itu, label Front-of-Pack Nutrition Labelling dan pesan kesehatan pada kemasan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang lebih sehat.
"Kami telah menetapkan regulasi yang mewajibkan pencantuman informasi nilai gizi pada kemasan produk," tutur dia dalam media briefing di Jakarta, Selasa (4/2/2025).
听
Diketahui, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan aturan dalam sehari masyarakat dapat mengonsumsi gula tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan), garam tidak lebih dari 5 gram (setara 1 sendok teh), dan lemak tidak lebih dari 67 gram (setara 5 sendok makan).
Baca juga: 4 Kunci Diet Nyaman Anti Stress Eating Menurut Ahli Gizi
Dwiana mengatakan, dengan membaca informasi nilai gizi ini menjadi upaya promotif dan preventif dalam penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM).
"Agar produk makanan atau minuman yang dibeli sesuai dengan kebutuhan gizi kita. Cermati dan batasi konsumsi gula, garam dan lemak sehari sesuai dengan anjuran dalam pesan kesehatan,鈥 jelas Dwiana.
Ditambahkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan RI Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid bahwa obesitas tidak hanya berdampak pada kesehatan secara fisik tapi juga pada masalah sosial dan ekonomi.
Pemerintah sangat mendukung kolaborasi berbagai pihak dalam menanggulangi kasus obesitas di Indonesia, termasuk sektor swasta yang secara konsisten mengedukasi masyarakat.
鈥淧engendalian obesitas dapat berjalan efektif jika kebijakan pemerintah didukung oleh partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai fasilitas yang telah disediakan pemerintah untuk mendukung gaya hidup sehat," kata Siti Nadia.
Obesitas merupakan masalah global yang mengancam kesehatan masyarakat termasuk di Indonesia.
Di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 8 persen di tahun 2007 menjadi 21,8 persen di tahun 2018.
Obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, dengan mencermati pola konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan pada kemasan pangan olahan dan latihan fisik secara rutin.
Bertepatan dengan Hari Obesitas Sedunia pada hari ini, Nutrifood bersama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM mengajak masyarakat meningkatkan literasi nilai gizi pada makanan kemasan dan memahami bahan tambahan pangan pada makanan untuk cegah obesitas.
Sebagai salah satu industri makanan dan minuman, Head of Strategic Marketing Nutrifood Susana, mengatakan, pihaknya mendukung kampanye #BatasiGGL dan mendapatkan dukungan dari Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI sejak 2013.
"Kami berupaya memberikan edukasi mengenai pentingnya membatasi konsumsi gula, garam, lemak dan membaca label kemasan agar orang semakin banyak orang terhindar dari risiko obesitas yang bisa menyebabkan prediabetes, diabetes dan penyakit tidak menular lainnya," ujar Susana.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.